- Pengertian Penalaran Deduktif
Pengertian penalaran deduktif
adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan
atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari
pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan
operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu
harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya
dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif
tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Contoh: Masyarakat Indonesia
konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus)
dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya
hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Faktor – faktor penalaran deduktif :
1. Pembentukan Teori
2. Hipotesis
3. Definisi Operasional
4. Instrumen
5. Operasionalisasi
Jenis
penalaran deduktif yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu:
1)
Silogisme Kategorial:Silogisme
Kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan
katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang
kemudian dapat dibedakan dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi
predikat), dan premis minor (premis yang termnya menjadi subjek). Yang
menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle
term). Secara khusus silogisme kategorial dapat dibatasi sebagai suatu argumen
deduktif yang mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari tiga (dan hanya
tiga) proposisi kategorial yang disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term
yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu. Term predikat dari konklusi adalah
term mayor dari seluruh silogime itu. Sedangkan subyek dari konklusi disebut
term minor dari silogisme, sementara term yang muncul dalam kedua premis dan
tidak muncul dalam kesimpulan disebut term tengah.
2)
Silogisme Hipotesis : Silogisme yang terdiri atas
premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Konditional hipotesis :
bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen.
Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Kaedah-
kaedah Silogisme Hipotesis
Mengambil konklusi dari silogisme hipotesis
jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di
sini adalah menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan
pernyataan yang benar.
3)
Silogisme Akternatif adalah
silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi
alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
Simpulannya akan menolak alternatif yang lain. Proposisi minornya adalah
proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya.
Konklusi tergantung dari premis minornya.
4)
Entimen , Silogisme ini jarang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya
premis minor dan simpulan.
Korelasi Penalaran Deduktif dan Induktif:
Kedua penalaran tersebut seolah-olah merupakan cara
berpikir yang berbeda dan terpisah. Tetapidalam prakteknya, antara berangkat
dari teori atau berangkat dari fakta empirik merupakan lingkaran yang
tidak terpisahkan. Kalau kita berbicara teori sebenarnya
kita sedangmengandaikan fakta dan kalau berbicara fakta maka kita sedang
mengandaikan teori.Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua
penalaran tersebut dapatdigunakan secara bersama-sama dan saling mengisi,
dan dilaksanakan dalam suatu ujud penelitian ilmiah yang menggunakan
metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika. Upayamenemukan kebenaran dengan
cara memadukan penalaran deduktif dengan penalaran induktif tersebut
melahirkan penalaran yang disebut dengan reflective thinking
atau berpikir refleksi. Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya
tentu adalah untuk menemukan kebenaran.Kebenaran dapat dicapai jika syarat –
syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
a) Suatu penalaran bertolak dari
pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatuyang memang benar atau
sesuatu yang memang salah.
b) Dalam penalaran, pengetahuan yang
dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar.
Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formalmaupun
material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan
dariaturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi
atau bahan yangdijadikan sebagai premis tepat.
Refrensi :
http://anggitata.wordpress.com/2011/03/11/penalaran-deduktif/http://evulee.wordpress.com/2012/03/02/penalaran-deduktif/
http://cahyanuaink.blogspot.com/2012/03/penalaran-deduktif.html
No comments:
Post a Comment